Salah seorang pedagang Cabai di Pasar Tugu Bandarlampung sedang menjajaki Jualannya, Kamis, (25/72019). (ANTARA/Dian Hadiyatna)
BAROMETERKINI.COM – Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandarlampung mengungkapkan bahwa harga cabai yang masih terbilang tinggi di kota itu disebabkan oleh musim kemarau yang diprediksi hingga empat bulan ke depan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Bandarlampung Kadek Sumartha di Bandarlampung, Kamis, mengatakan saat ini harga cabai di "Kota Tapis Berseri" mencapai Rp70 ribu hingga Rp80 ribu per kilogram.
"Seperti harga cabai rawit dan setan masih bertahan tinggi, yakni Rp80 ribu per kilogram, cabai merah keriting Rp70 ribu per kilogram," kata dia.
Ia mengatakan bahwa kenaikan harga cabai itu sudah menjadi isu nasional karena tingginya harga itu merata di seluruh wilayah di Indonesia.
Bahkan, kata dia, di salah satu daerah sudah ada yang mencapai Rp100.000 per kilogram.
Dia mengatakan pasokan cabai yang masuk Bandarlampung berasal dari Lampung Tengah, Lampung Selatan, dan Pulau Jawa.
Namun, saat ini daerah tersebut sedang tidak menanam cabai dan mengalami kekeringan sehingga para pedagang harus mengambil barang ke tempat yang lebih jauh, yakni di Kabupaten Liwa, Provinsi Lampung, Jawa, dan daerah lainnya.
"Ongkos produksi yang mahal membuat harga naik di tingkat distributor, itu penyebabnya cabai mahal," katanya.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Bandarlampung Adiansyah juga mengatakan bahwa mahalnya harga cabai tersebut di pasaran tidak lain lantaran sedikitnya stok cabai.
Pihaknya telah melakukan koordinasi dengan Pemprov Lampung dan Kementerian Perdagangan, yang hasilnya Kemendag menyanggupi membayar biaya transportasi untuk suplai cabai dari berbagai daerah.
Namun, kata dia, hal yang menjadi masalah adalah stok cabai yang sedikit.
Sumber: Kantor Berita Antara