Direktur Utama PTPN VII Muhammad Hanugroho, pada acara proses giling tebu di pabrik gula Bungamayang, Rabu (26/6/2019) (Antara Lampung/HO)
BAROMETERKINI.COM – Pabrik Gula Bungamayang yang dikelola PT. Buma Cima Nusantara (BCN), anak perusahaan PTPN VII memulai proses giling tebu dengan mencanangkan zero residu atau tanpa bahan bakar minyak (BBM).
"Pabrik memasang target produksi 62 ribu ton gula kristal selama 104 hari giling. Pabrik berkapasitas 7.000 TCD (ton cane per hari) ini proses penggilingan tak menggunakan BBM," kata Direktur Utama PTPN VII Muhammad Hanugroho, dalam keterangan tertulis diterima di Bandarlampung, Rabu.
Oho, sapaan Muhammad Hanugroho mengatakan, pihaknya telah mengevaluasi kinerja pabrik gula ini. Dari identifikasinya, pada proses giling tahun 2019 ini akan mengalami perubahan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
"Musim giling 2019 ini adalah tahun pertama PG Bungamayang dan PG Cinta Manis menjalankan operasional dengan bendera anak perusahaan kami, yakni PT. Buma Cima Nusantara. Kepada manajemen BCN, saya sudah dilimpahkan banyak kewenangan sehingga mereka bisa lebih cepat mengambil kebijakan. Tentu, dengan berbagai catatan. Dan yang menggembirakan, mereka kami beri challenge (tantangan, red.), dan mereka telah menjawabnya dengan kerja nyata,” katanya.
Salah satu tantangan krusial, kata Oho, adalah menjalankan proses giling tanpa menggunakan bahan bakar minyak (BBM) residu. Dengan tantangan itu, manajemen dan seluruh pekerja PT. BCN bekerja keras untuk memperbaiki seluruh sistem dalam pabrik sesuai standarnya.
Penggunaan ampas tebu sebagai bahan bakar untuk menjalankan pabrik, menurut Oho, telah mengubah skema biaya produksi. Sebagai gambaran, jelas dia, untuk steam test (uji coba mesin sebelum menggiling), jika sebelumnya menggunakan bahan bakar residu (MFO, marine fuel oil) membutuhkan dana sekitar Rp4 miliar.
"Steam test kita kemarin sudah berhasil menggunakan ampas tebu 100 persen. Jadi, dana Rp 4 miliar itu bisa kita save sekitar Rp 3,2 miliar karena hanya butuh Rp 800 juta saja. Dan alhamdulillah sukses. Kami semua yakin, ini sudah mulai produksi dan berjalan dengan lancar," tambah dia.
Direktur Operasional PT BCN, Dicky Tjahyono mengatakan tantangan Dirut tersebut sudah dibuktikan, baik di Pabrik Cinta Manis maupun di Bungamayang.
" Mesin kami ini memang sudah dirancang untuk menggunakan bagas atau ampas tebu. Jadi, kami berhasil menstandarkan kembali dan dari proses steam test dan hari ini mulai giling, 100 persen menggunakan bagas, zero residu," katanya.
Mengenai proyeksi produksi, Dicky Tjahyono mengatakan optimistis bisa tercapai, yakni, menggiling 681 ribu ton tebu dari 10 ribu hektare tanaman tebu sendiri dan tebu rakyat, dengan perolehan gula kristal sejumlah 62.000 ton.
Target itu, kata mantan Manajer Unit Bekri itu, dihasilkan dari perkiraan produktivitas kebun rata-rata 66 ton per hektare dengan rendemen (kadar gula) 7,2 persen.
Tidak jauh berbeda dengan PG Bungamayang, untuk pabrik Cintamanis, tambah Dicky, menargetkan produksi gula kristal sebanyak 55 ribu ton pada siklus 2019 ini. Berbeda dengan Bungamayang, PG Cintamanis mengolah tebu dari kebun sendiri seluas 10 ribu hektare.
"Untuk Cintamanis, buka giling sudah dimulai pertengahan Juni lalu. Kami pasang target produksi 55 ribu hektare dengan produktivitas tebu 62,5 ton per hektare dan rendemen 7,34 persen. Alhamdulillah, sejauh ini sudah berjalan giling, juga dengan zero residu," kata dia.
Secara keseluruhan, PT BCN yang mengelola dua pabrik gula itu tahun ini ditargetkan memproduksi 105 ribu ton gula putih kristal. Dengan produksi itu, anak perusahaan PTPN VII ini akan memberi kontribusi keuntungan untuk perusahaan.
“Ini adalah tahap awal untuk memperbaiki seluruh proses dari semua elemen di dua pabrik gula ini. Ada banyak perubahan mendasar yang kami lakukan selain zero residu. Antara lain, optimalisasi semua alat yang ada untuk dioperasionalkan, termasuk mulai dihidupkannya gravity,” Dicky.
Di lain pihak, Suryadi Hifni, Ketua Koperasi Petani Tebu Rakyat Unit Bungamayang mengapresiasi buka giling tahun ini.
Hifni yang hadir pada acara itu mengatakan, di bawah manajemen anak perusahaan baru, ada perubahan budaya kerja perusahaan.
“Tahun ini saya sangat optimistis bisa mencapai keuntungan lumayan. Kalau tahun selain tanaman kurang baik karena kebanyakan hujan, pembayaran tersendat, rendemen turun, dan biaya produksi tinggi, harga jual gulanya juga terpuruk. Tetapi, tanda-tanda tahun ini akan berubah menjadi baik," kata dia.
Suryadi Hifni berharap, pemerintah memberi perhatian kepada petani tebu dan memberi perlindungan. Antara lain, agar tidak lagi mengimpor gula agar harga gula rakyat bisa bagus dan bisa terserap pasar.
Sumber: Kantor Berita Antara