Asisten Ekonomi dan Pembangunan Taufik Hidayat saat acara pelaksanaan pelepasan ekspor.
BAROMETERKINI.COM Balam– Pemerintah Provinsi Lampung bersama Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melakukan pelepasan ekspor komoditas pertanian produksi dari PT. Great Giant Pineapple (GGP) Lampung Tengah, di PT. GGP, Terbanggi Besar, Jumat (12/4/2019).
Produk yang diekspor yakni pisang segar sebesar 20,7 ton setara dengan Rp. 164,2 juta tujuan Cina dan nanas kaleng sebesar 16,2 ton tujuan Spanyol.
Pelepasan ditandai dengan penyerahan Phytosanitary Certificate untuk dua kontainer yakni nanas kaleng dan pisang segar dilanjutkan dengan pecah kendi.
Gubernur Lampung, Muhammad Ridho Ficardo yang diwakili Asisten Ekonomi dan Pembangunan Taufik Hidayat saat acara pelepasan tersebut mengatakan pelaksanaan pelepasan ekspor ini adalah dalam rangka mendukung gerakan Agro Gemilang 2019 (Ayo Galakkan Ekspor Generasi Milenial Bangsa).
“Ini sebagai upaya untuk mewujudkan Lampung sebagai Provinsi yang maju dan berdaya saing di Tanah Air. Kebijakan pemerintah akselerasi ekspor produk pertanian (Non Migas) ini sangat membawa dampak yang positif mengingat Provinsi Lampung sangat potensi terhadap produk pertanian,” ujar Taufik.
Taufik menuturkan Provinsi Lampung sebagai Bumi Agribisnis memiliki potensi sumber daya alam cukup besar dan melimpah di sektor pertanian. Baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan.
“Beberapa produk unggulan pertanian /perkebunan Lampung antara lain nanas, pisang kopi, lada, coklat, kelapa dan nanas segar/kaleng dan lain lain, telah menghasilkan devisa yang cukup besar, Produk lokal agribisnis Lampung telah diekspor ke 79 negara tujuan ekspor,” katanya.
Seluruh potensi tersebut, menurut Taufik perlu kebijakan khusus Pemerintah Provinsi Lampung untuk mengatasi masalah, tantangan dan pengembangan sistem agribisnis yang modern di seluruh rantai produksi pertanian.
“Hal ini dilakukan untuk menjadikan sistem yang tepat guna, tepat waktu, dan tepat sasaran dengan pola agribisnis dari hulu ke hilir/pasar (form farm to market), serta upaya untuk menjadikan produk lokal agribisnis Provinsi Lampung mampu bersaing di pasar internasional,” ujarnya.
Taufik mengatakan saat ini, Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi penghasil komoditas perkebunan untuk tujuan ekspor dan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang potensial di Indonesia.
Sejauh ini, Program pengembangan agribisnis, peningkatan ketahanan pangan serta program peningkatan pemberdayaan masyarakat perkebunan, pembangunan sub sektor perkebunan di Provinsi Lampung telah menunjukkan kinerja yang menggembirakan.
“Hal ini terlihat dari peningkatan luas areal, produksi, produktifitas dan keragaman produk yang dihasilkan komoditas perkebunan di Provinsi Lampung,” ujar Taufik.
Selain itu, lanjut Taufik, sarana dan prasana infrastruktur juga terus ditingkatkan untuk mendukung percepatan pembangunan sektor pertanian dan perkebunan.
“Di antaranya Jalan Tol Trans Sumatera, Dermaga Eksekutif Bakauheni, Bandara Raden Intan II yang telah ditetapkan menjadi Bandara Internasional dan Lanudad Gatot Subroto menjadi Bandar Udara Penerbangan Sipil di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung,” katanya.
Taufik berharap ke depan kapasitas ekspor dapat ditingkatkan, tidak hanya nanas kaleng dan pisang segar tetapi juga ekspor komoditas lainnya yang ada di Provinsi Lampung.
“Melalui kegiatan peningkatan produksi, produktivitas, pengolahan dan pemasaran hasil yang diikuti dengan penguatan kelembagaan petani, kiranya dapat memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi bagi petani dan pelaku usaha perkebunan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Barantan Ali Jamil mengatakan kegiatan akselerasi ekspor komoditas pertanian ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menggencarkan ekspor guna peningkatan neraca perdagangan dan mendatangkan devisa negara melalui ekspor komoditas pertanian.
“Dalam rangka akselerasi ekspor ke luar negeri, Barantan akan terus men-support penuh melalui kegiatan Agro Gemilamg dalam bentuk pendampingan dan bimbingan teknis kepada petani dan calon eksportir, khususnya para pemuda millenial agar dapat ikut terjun meningkatkan eksportasi komoditas pertanian,” ujar Ali.
Selain kegiatan Agro Gemilang, masih kata Ali, Karantina juga memberikan kemudahan layanan melalui inline inspection. “Ini dilakukan dengan tindakan Karantina Tumbuhan yang dilakukan selama proses produksi atau sebagian dari proses produksi yang dapat dilakukan di luar tempat pengeluaran,” katanya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan telah dirilis Kementan, eksportasi kedua komoditas buah ini masing-masing nanas meningkat 1.520% dan pisang naik 706,2% selama kurun waktu 4 tahun terakhir.
Tercatat nilai ekspor nanas periode 2014 sampai dengan 2017 adalah Rp200 miliar, Rp 3,31 triliun, Rp2,52 triliun dan Rp3,24 triliun. Sementara, untuk pisang nilai ekspor untuk periode 2014 sampai dengan 2018 adalah Rp21,88 miliar, Rp175,04 miliar, Rp144,05 miliar, Rp118,82 miliar dan Rp176,39 miliar.
Kedua komoditas ini telah dipasarkan ke negara-negara di benua Eropa, Timur Tengah, Asia dan Asia Tenggara. Corporate Affairs Director PT. GGP Welly Soegiono mengatakan di tahun 2018, PT. GGP telah mengekspor untuk dua komoditas ini sebanyak 17 ribu kontainer.
“Untuk ekspor tahun 2019 ini kurang lebih mencapai 23 ribu kontainer. Kita menghasilkan 2.500 ton/ hari dengan karyawan kami sebanyak 24 ribu orang,” katanya.
Pada kesempatan itu, Kepala Barantan Ali Jamil menyerahkan aplikasi beserta modul peta potensi produk pertanian ekspor bernama i-MACE (Indonesian Map of Agricultural Commodities Exports) kepada Pemerintah Provinsi Lampung melalui Asisten Ekonomi dan Pembangunan Taufik Hidayat.
I-MACE merupakan aplikasi berisi informasi kegiatan ekspor komoditas pertanian di Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian seluruh Indonesia. Tujuan dari aplikasi ini agar dapat digunakan Pemerintah Provinsi dalam pembangunan pertanian serta mendorong pertumbuhan komoditas pertanian berorientasi ekspor. (FA)
Sumber: lampungprov.go.id